Keluarga besar Yayasan Al-Jihad Surabaya merayakan hari raya idul fitri 1445 H/10 April 2024 dengan penuh sukacita. Meskipun sedang dalam masa liburan, namun masih terdapat para santri di pondok. Merelakan hari yang sakral bersama keluarga namun masih dalam selimut kebahagiaan bersama Abah Imam dan Umi Luluk beserta keluarga besar yayasan.
Merayakan hari raya idul fitri 1445 H di pondok tidak berbeda jauh dengan perayaan hari raya pada umumnya. Dimulai dari sholat Ied pada pukul 05.55 WIB di masjid Al Jihad, dan dilanjutkan dengan santri halal bi halal bersama Abah, dan para ustadz-ustadz yang bermukim di sekitar pondok pesantren. tidak lupa makan bersama dengan makanan identik lebaran, yakni opor ayam tak lupa dengan ketupatnya. hari raya tidak afdhal rasanya jika tidak mengabadikan momen sekali dalam satu tahun, yakni berfoto bersama.
Sudah menjadi tradisi di kota besar, pada saat hari raya seperti ini dipastikan banyak yang mudik baik dari warga lokal sampai dengan para santri beserta pengurusnya. Namun di ppm Al -Jihad Surabaya masih tersisa santri yang menetap di pondok saat hari raya yakni sekitar 30 santri, terdiri dari 7 santri putri dan 23 santri putra. Mereka berasal dari berbagai daerah, mulai dari daerah sekitar Surabaya sampai luar Jawa. Seperti Gresik, lamongan, Madiun sampai Palembang. Hari raya pertama cukup ramai dan banyak dari tetangga sekitar yang bersilaturahmi ke rumah Abah Imam.
Aura kebahagiaan sangat terpancar bahagia saat mereka berfoto dan membuat video dengan ucapan khas hari raya. Tim kami juga mewawancarai santri yang kedapatan tidak pulang saat hari raya, “ Pada dasarnya lebaran di pondok itu berat, yah berat karena kita yang sudah jauh dari keluarga ditambah pada momen yang berharga tersebut kita tidak bersama dengan orang yang paling kita cintai yaitu kedua orang tua kita, keluarga kita. Tetapi disisi lain, menurut saya pribadi lebaran di pondok ialah hal yang berharga juga, kapan lagi saya lebaran bersama orangtua saya di pondok, yaitu Al-Mukarrom Romo Yai, Abah Imam Chambali, dan juga bersama teman-teman yang rumahnya jauh dari pondok yang selalu menjadi motivasi saya, juga teman-teman yang mungkin bertugas menjaga dan membantu pondok atau ndalem saat momen lebaran.” tutur Muhammad Ihwan Muslimin, asal Ponorogo. sedih sudah pasti, namun tidak terasa jika masih diberi nikmat oleh Allah dengan dikumpulkan bersama orang Alim dan para teman-teman seperjuangan yang saling menebar kebahagiaan. Ungkapan kesan lainnya dari salah santri putri berasal dari gorontalo. “Bahagia soalnya bisa lebaran sama umi dan abah, plus dapet THR dan yang pasti sedihnya tidak berkumpul bersama keluarga dan lebaran disini tidak se-menyedihkan itu:) seru kok!!”
Terakhir, meskipun berasal dari daerah yang berbeda namun kita semua disatukan oleh kebahagian hari raya idul fitri. Indahnya saling bermaaf-maafan dan bersilaturahmi, dari yang saling bermusuhan kita dikembalikan dengan kerukunan, dari yang saling berjauhan terjalin kedekatan. Hari raya juga harus kita jadikan sebagai ladang berbagi kebaikan dengan menebar sebagian dari harta.Pesan saya selama liburan di pondok ini mungkin sering-sering aja disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat, bermanfaat kepada diri sendiri maupun bermanfaat untuk pondok agar kita tidak terlalu memikirkan keadaan di rumah. Lebih ditingkatkan lagi ibadahnya, semangatnya, dan selalu ikhlas.