Memuliakan Ilmu dan Ahli Ilmu

KH. Sukron Djazilan Badri

 

Dengan mengharap ridha Allah Swt dan ilmu yang bermanfaat dan berkah, mari sejenak membaca surah al-Fatihah, kita hadiahkan untuk penulis kitab Ta’lim Muta’allim yang sedang kita kaji bersama.  Pada kesempatan kali ini, kita memasuki bab baru yang berjudul “Memuliakan Ilmu dan Ahli Ilmu”. Untuk, al-Syaikh Al  ‘alamah Syaikh Imam Az-Zarnuji, al-Fatihah.

Ilmu pengetahuan memang tidak bisa dipungkiri dan tidak bisa diragukan akan keutamaannya. Karena setiap ilmu merupakan sesuatu yang khusus diberikan kepada manusia dan segala hal selain ilmu itu bisa dimiliki manusia, juga dimiliki binatang. Sesungguhnya keutamaan ilmu adalah sebagai perantara menuju ketaqwaan, yang akan menyebabkan seseorang berhak mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Swt dan kebahagiaan yang abadi.

Adapun dari tema memuliakan ilmu dan ahli ilmu ada beberapa point yang harus kita pahami, yakni:

  1. Menghormati Ilmu

Perlu kita ketahui, sesungguhnya seorang murid tidak dapat meraih ilmu dan memanfaatkan ilmunya kecuali ia mengagungkan atau menghormati ilmu dan ahli ilmu.

Mengutip  kutipan dalam sya’ir di bab memuliakan ilmu dan ahli ilmu, dikatakan:”Tidak akan orang yang berhasil orang yang ingin mencapai sesuatu dengan menghargai, dan tidak akan jatuh dalam kegagalan, kecuali dengan meninggalkan rasa hormat dan mengagungkannya.”

Dan dikatakan: “Rasa hormat lebih baik daripada kepatuhan (ketaatan). Ingat bahwa manusia tidak menjadi kafir (kepada Allah) karena berbuat maksiat, tetapi ia kafir karena tidak menghormati (mengagungkan) Allah.

  1. Memuliakan Guru

Diantara cara menghormati ilmu adalah memuliakan guru.  Mengingat sebuah kalam Sayyidina Ali karramallahu wajhah berkata:”Aku adalah hamba sahaya (budak) bagi orang yang mengajariku, walaupun hanya satu huruf saja. Kalau ia ingin menjualku, terserah. Jika mau ia memerdekakanku, dan jika mau ia bisa memperbudakku.”

Karena sesungguhnya, orang yang mengajarkan padamu satu huruf yang kamu butuhkan dalam urusan agamamu, maka ia merupakan ayahmu dalam kehidupan agamamu.

  1. Mengagungkan Kitab

Terkadang kita tidak memperhatikan dan menyepelekan hal kecil. Adapun diantara cara menghormati ilmu adalah memuliakan kitab. Seorang pelajar (santri) sebaiknya tidak memegang kitab kecuali dalam keadaan suci dari hadas.

Dikisahkan dari Syeikh al-Imam Syamsul Aimmah Al-Khulwani, ia berkata “Sesungguhnya aku dapat memperoleh ilmu, karena aku mengagungkan, aku tidak pernah mengambil kertas belajarku kecuali dalam keadaan suci.”

  1. Menyegani Teman

Para penuntut ilmu hendaknya mendengarkan ilmu dan hikmah dengan sikap yang tanggap, meskipun apa yang didengarkan satu masalah dan kalimat tersebut sudah pernah hingga sering dijelaskan. Karena termaksud memuliakan ilmu ialah menghormati teman dan orang yang memberikan pelajaran. Pertalian dan ketergantungan adalah sikap yang tercela kecuali dalam hal menuntut ilmu. Bahkan sebaiknya mengikat pertalian dan ketergantungan dengan guru dan teman-teman belajar.  Dikatakan oleh pengarang kitab ini,”Siapa yang tidak menghormati atau memperhatikan satu masalah setelah mendengarnya seribu kali, sebagaimana penghormatannya pada saat pertama kali mendenggarnya, maka ia bukan termasuk ahli ilmu.

  1. Jangan memilih ilmu sendiri

Seorang murid hendaknya tidak memilih sendiri, prihal bidang ilmu yang akan ditekuninya, karena guru sudah berpengalaman dalam menekuni ilmu, dan tentu ia lebih tahu apa yang sebaiknya dipilih dan sesuai dengan bakat dan tabiatnya. Syaikh al-Imam al- Ajall al-Ustad Syaikhul Islam Burhanul Haqq Waddin berkata:”Para pelajar pada zaman dahulu menyerahkan urusan belajar kepada guru mereka, dan ternyata mereka berhasil meraih maksud dan cita-citanya. Berbeda dengan zaman sekarang, para murid selalu memilihnya sendiri, akibat mereka tidak berhasil meraih ilmu yang dicita-citakan, yaitu untuk mendapat Ilmu dan Fiqih.

Demikian semoga Allah SWT senantiasa menganugerahkan hidayah, inayah dan taufik-Nya kepada kita semua dalam mencari dan mengagungkannya, sehingga mampu meneladani dengan baik kekasih-Nya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam al- Fatihah.

 

Bagikan

BACA BERITA